Awas!!! Ziarah Kubur Menyesatkan


THE VIRALZ - ADAPUN ziarah orang-orang musyrik maka ia berasal dari para penyembah berhala. Mereka berkata, “Mayit yang diagungkan, yang ruhnya memiliki kedekatan, kedudukan dan keistimewaan di sisi Allah, masih saja diberi nikmat oleh Allah, ruhnya dilimpahi-Nya berbagai kebajikan. Karena itu, jika si peziarah menggantungkan dan mendekatkan ruhnya dengan ruh si mayit tersebut, maka akan mengimbaslah nikmat itu melalui ruh si mayit tersebut. Sebagaimana cermin yang bersih dan air yang jernih memantulkan bayangan tubuh yang berada di hadapannya.”

Karena itu mereka berkata, “Ziarah yang sempurna yaitu peziarah harus menghadapkan segenap ruh dan hatinya kepada si mayit, mengkonsentrasikan diri kepadanya sepenuhnya, menetapkan niat dan segenap tujuannya kepadanya, dengan tidak berpaling sedikit pun kepada selainnya, dan sebesar keinginan serta konsentrasi hati kepadanya, sebesar itu pula manfaat yang bakal diperolehnya!”

Ziarah semacam ini telah disebutkan oleh Ibnu Sina, dan Al-Farabi mereka berdua adalah termasuk filsuf yang telah keluar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Berbeda dengan apa yang dikira dan dianggap oleh orang-orang masa kini yang mengagungkan dan memuliakan kedudukan mereka. Dan secara terang-terangan dinyatakan pula oleh para penyembah bintang-bintang.

Mereka mengatakan bahwa jika jiwa yang memohon bergantung dengan ruh-ruh yang tinggi, maka akan dicurah-kanlah cahaya daripadanya. Dan karena rahasia ini pula sehingga bintang-bintang disembah, lalu dibuatkan haikal-haikal untuknya, dikarangkan bentuk-bentuk permohonan kepadanya, juga dibuatkan patung-patung visualnya.

Dan karena alasan yang sama pulalah sehingga menjadikan para penyembah kuburan membuat perayaan-perayaan di kuburan, membuatkan tabir-tabir untuknya, menyalakan lampu-lampu serta mendirikan tempat ibadah di atasnya. Padahal itulah yang dituju Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam agar dihancurkan sama sekali, dan agar dipangkas segala yang mengakibatkan kepada hal-hal tersebut. Lalu orang-orang musyrik menghalangi jalannya dan menolak tujuannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di suatu pihak dan mereka berada di pihak lain.

Apa yang dilakukan orang-orang penyembah kuburan dalam ziarah kubur, hal yang sama itulah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, yakni meminta syafa’at yang mereka kira bahwa tuhan-tuhan mereka itu bermanfaat bisa memberi syafa’at kepada mereka di sisi Allah Ta’ala.

Mereka berkata, “Jika seorang hamba menggantungkan ruhnya dengan rub. orang yang telah dekat di sisi Allah, ia betul-betul mengha-dap kepadanya dengan segenap konsentrasi dan ketenangan hatinya, niscaya akan terjadi kontak antara dia dengan dirinya, lalu ia akan men-dapat curahan dari bagian yang didapat orang tersebut dari Allah Ta’ala.”

Mereka menyamakan hal itu dengan orang yang mengabdi kepada seorang yang memiliki kedudukan dan pangkat dari kalangan penguasa. Orang itu tentu sangat bergantung dengan tuannya. Dan apa yang dida-patnya dari tuannya tersebut dari berbagai bentuk pemberian dan fasilitas adalah sesuai dengan seberapa kuatketergantungan orang tersebut kepada tuannya.

Dan itulah rahasia penyembahan berhala-berhala. Lalu Allah mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya yang memerin-tahkan agar semua itu dihancurkan, agar para pengikutnya dikafirkan dan dilaknat, dihalalkan darah dan hartanya, dan ditawan para perempuan dan anak-anak mereka, serta mereka pasti dimasukkan ke dalam neraka.
Laporkan iklan?

Dan Al-Qur’an, sejak awal hingga akhirnya menolak para penyembah berhala dan membatalkan madzhab mereka.

Allah befirman, “Bahkan mereka mengambil pemberi syafa’at selain Allah. Katakan-lah, ‘Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu Pun dan tidak berakal?’ Katakanlah, ‘Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi’,” (QS Az-Zumar: 43-44).

Allah mengabarkan bahwa syafa’at itu hanya miliki Dzat yang memiliki langit dan bumi, yaitu Allah semata. Dialah yang memberi syafa’at dengan Diri-Nya kepada Diri-Nya, sehingga Dia mengasihi hamba-Nya dan la memberi izin kepada orang yang dikehendaki-Nya untuk memberi syafa’at. Karena, pada hakikatnya syafa’at adalah milik-Nya, sedangkan orang yang memberi syafa’at di sisi-Nya adalah yang telah mendapatkan izin dan perintah dari-Nya, setelah la memberi syafa’at kepada Diri-Nya, yaitu kehendak dari Diri-Nya untuk mengasihi hamba-Nya.

Ini tentu berlawanan dengan syafa’at syirkiyah (yang mengandung syirik) yang ditetapkan oleh orang-orang musyrik dan mereka yang menyetujuinya.

Syafa’at itulah yang dibatalkan Allah dalam Kitab-Nya, dengan firman-Nya, “Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat suatu syafa’at kepadanya,” (QS Al-Baqarah: 123).

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu, sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual-beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at,” (QS Al-Baqarah: 254).

“Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada Hari Kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa’at pun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa,” (QS Al-An’am: 51).




Sumber : islampos.com

.

Awas!!! Ziarah Kubur Menyesatkan
4/ 5
Oleh